Minggu, 30 Oktober 2016

Komplek Candi Prambanan



Kompleks Candi Prambanan terletak di perbatasan antara Kabupaten Sleman dengan Klaten, tepatnya di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO World Heritage Commiittee dengan No. C. 642.
Kompleks Candi Prambanan mempunyai latar belakang agama Hindu dan sering juga disebut Candi Loro Jonggrang. Kompleks Candi Prambanan terbagi menjadi 3 halaman konsentris (terpusat), dihubungkan dengan gapura yang terletak pada keempat sisinya.
Halaman luar dikelilingi tembok pagar berukuran 390 x 390 m. Saat ini, pada halaman luar sudah tidak ditemukan adanya bangunan, namun dari ekskavasi yang pernah dilakukan, diketahui adanya beberapa struktur fondasi bangunan yang diperkirakan sebagai tempat tinggal para pendeta. Halaman tengah dikelilingi tembok pagar berukuran 220 x 220 m. Di halaman kedua terdapat 224 buah candi perwara yang disusun menjadi empat deret yang makin ke dalam makin tinggi letaknya. Deret pertama 68 buah, deret kedua 60 buah, deret ketiga 52 buah, dan deret keempat 44 buah.
Di dalam halaman pusat yang dikelilingi pagar berukuran 110 x 110 m terdapat 16 bangunan candi, yaitu :
1. Candi Siwa sebagai Candi Induk
Tubuh candi induk terdiri atas empat bilik, pada masing-masing bilik terdapat arca, yaitu arca Agastya, sebagai Siwa Mahaguru, arca Ganeça sebagai anak Dewa Siwa, arca Durga Mahisasuramardini sebagai çakti Siwa, dan arca Siwa Mahadewa sebagai arca utama. Atap candi bertingkat-tingkat, masing-masing dihiasi dengan beberapa hiasan ratna.
2. Candi Brahma
Bentuk dan denah Candi Brahma mirip dengan Candi Siwa, hanya ukurannya lebih kecil. Candi ini hanya memiliki satu tangga masuk di sebelah timur dan satu bilik yang di dalamnya terdapat arca Brahma
3. Candi Wisnu
Bentuk secara keseluruhan Candi Wisnu pada dasarnya mirip dengan Candi Brahma. Candi ini juga memiliki satu tangga masuk di sebelah timur, dengan satu bilik arca di dalamnya yaitu arca Wisnu.
4. Candi Nandi
Candi menghadap ke barat, mempunyai satu bilik dengan arca Nandi di dalamnya. Selain itu, juga terdapat relief mengenai Dewa Surya dan Candra. Dewa-dewa tersebut mengendarai kereta yang masing-masing dihela 7 ekor kuda untuk Dewa Surya dan 10 ekor kuda untuk Dewa Candra.
5. Candi Garuda dan Angsa
Di depan Candi Wisnu dan Candi Brahma terdapat dua buah candi, tetapi biliknya dalam keadaan kosong. Candi Garuda berada di depan Candi Wisnu dan Candi Angsa berada di depan Candi Brahma.
6. Candi Apit
Pada ujung sebelah utara dan selatan di dekat pintu masuk terdapat dua buah candi yang disebut candi apit. Disebut demikian karena dua buah bangunan ini berfungsi sebagai pengapit dua deretan candi yang terletak di sebelah timur dan barat.
7. Candi Kelir
Jumlah candi kelir ada empat buah, terletak di depan pintu masuk, yaitu sebelah utara, selatan, timur dan barat. Secara simbolis berfungsi sebagai penolak bala.
8. Candi Sudut
Candi sudut berjumlah empat buah, terletak di setiap sudut halaman utama. Seperti halnya candi kelir, candi sudut ini tidak mempunyai tangga masuk. Sesuai ukurannya yang kecil, maka ruangan pada tubuh candi dan pintu masuknya kecil.
Berdasarkan atas adanya arca-arca dewa dan relief yang ada di percandian Prambanan, maka dapat diketahui bahwa percandian Prambanan didirikan bagi umat yang beragama Hindu. Akan tetapi, data-data mengenai siapa sebenarnya raja yang mendirikannya masih belum ditemukan secara konkret.
Salah satu prasasti yang dapat dihubungkan dengan percandian ini yaitu prasasti Siwa Grha yang berangka tahun 778 Saka (856 M). Prasasti ini sekarang disimpan di Jakarta. Dalam prasasti ini disebutkan tentang arca Dwarapala pada pintu masuk dan adanya petirtaan pada gugusan candi. Gugusan candi yang ada dalam prasasti tersebut dapat diidentikkan dengan Candi Prambanan.
Hal itu mengingat halaman pusat percandian ini dikelilingi pagar sesuai dengan uraian candi utama dalam prasasti. Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga bahwa percandian Prambanan didirikan oleh Raja Pikatan (Jatiningrat) yang mengeluarkan prasasti itu. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya tulisan-tulisan pendek yang menyebutkan nama “Pikatan” sehingga diduga percandian itu didirikan sekitar abad IX M.
Motif Prambanan yaitu hiasan berupa seekor singa di dalam relung diapit dua bidang hias berisikan pohon kalpataru dan di bawahnya terdapat sepasang makhluk  kinara-kinari.
Kompleks Candi Prambanan memiliki banyak ragam hias. Sebagian ragam hias tersebut merupakan motif batik, antara lain: motif nitik, motif sidomukti, motif pinggiran, dan motif semen. Selain itu, di Candi Prambanan terdapat relief motif Prambanan yaitu hiasan yang hanya ditemukan di Candi Prambanan. Hiasan ini berupa seekor singa di dalam relung diapit dua bidang hias berisikan pohon kalpataru dan di bawahnya terdapat sepasang makhluk kinara-kinari.
Kompleks Candi Prambanan ditemukan pertama kali oleh C.A. Lons, seorang bangsa Belanda pada tahun 1733 M. Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh dan ditumbuhi rumput serta pepohonan.
Sampai saat ini percandian Prambanan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Dimulai dengan pemugaran Candi Siwa yang selesai pada tahun 1953 diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia I yaitu Ir. Soekarno, dilanjutkan dengan Candi Brahma pada bulan April 1977 sampai dengan bulan Februari 1987. Candi Wisnu dipugar pada bulan April 1987 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1991. Setelah candi-candi utama selesai dipugar, kemudian mulai bulan Mei 1991 tiga buah candi wahana, yaitu Candi Nandi, Candi Garuda, dan Candi Angsa mulai dipugar. Candi-candi tersebut diresmikan bersamaan dengan Candi Sewu (Jawa Tengah) pada tahun 1993 oleh Presiden Republik Indonesia II yaitu Soeharto.
Dengan pemugaran yang dikerjakan oleh pemerintah melalui Proyek Pelita ini, dapat memberikan sumbangan besar bagi bangsa Indonesia, baik dalam bidang kebudayaan maupun kepariwisataan. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang menghargai warisan budayanya, maka hendaknya kita ikut berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan pelestariannya.

Gua Braholo, Gua Hunian Masa Pra Sejarah di Gunung Sewu


       Gua Braholo merupakan salah satu gua hunian prasejarah yang berada dalam jajaran pegunungan karst Gunung Sewu. Gua ini terletak di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gua ini ditemukan oleh Bidang Prasejarah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, ketika melakukan survei di seluruh wilayah Gunung Sewu pada tahun 1996. Belasan gua ditemukan di bagian barat pegunungan ini dan salah satu di antaranya adalah Gua Braholo, yang kemudian ditindaklanjuti dengan melaksanakan ekskavasi pada tahun 1997 dan 1998.

    Penelitian di Gua Braholo merupakan bagian dari penelitian skala makro tentang eksploitasi sumber daya di daerah Gunung Sewu. Daerah yang memanjang pada arah timur – barat di bagian selatan Jawa ini terdiri dari pegunungan karst yang khas, berbentuk setengah bulatan atau kerucut diselingi lembah atau dataran sempit. Berbagai tinggalan prasejarah dari budaya tertua (paleolitik) hingga termuda (paleometalik) tersebar dengan padat, lebih – lebih di bagian timur. Budaya bercorak paleolitik lebih terkonsentrasi di sepanjang aliran sungai, seperti Kali Baksoka, Kali Wuni, Kali Pasang, Kali Sirikan, dan Kali Gede. Sebaran Paleolitik mencapai Kali Giritontro di daerah Wonogiri dan Kali Oyo di daerah Wonosari. Budaya Mesolitik lebih terpusat di gua atau ceruk, sementara budaya bercorak neolitik lebih terpusat di bentang alam terbuka.
     Satu – satunya penelitian mengenai kehidupan gua tercatat pada tahun 1996 yang dilakukan oleh Puslit Arkenas. Melalui eksplorasi intensif ditemukan belasan gua di daerah ini dan salah satunya di antaranya adalah Gua Braholo. Di antara gua – gua tersebut, Gua Braholo menampakkan indikator hunian paling kuat berupa temuan permukaan, seperti sisa fauna yang melimpah dan artefak batu. Berdasarkan temuan tersebut dipandang perlu untuk mengadakan ekskavasi di daerah ini.
         Penelitian intensif selama lima tahun dengan dukungan dari “The Toyota Foundation” di Gua Braholo telah dimulai sejak tahun 1995 dipimpin oleh Prof. Truman Simanjuntak dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta. Pada penelitian tersebut telah dibuka 14 kotak ekskavasi dengan temuan yang sangat padat, terdiri dari tembikar, sisa biji-bijian yang sebagian besar di antaranya terbakar dan hangus, sisa fauna yang sangat melimpah, sisa industri batu, sisa industri tulang dan cangkang kerang.

          Berdasarkan hasil ekskavasi dapat diketahui membuktikan bahwa Gua Braholo dihuni dalam paling tidak sejak akhir Plestosen hingga Holosen. Lapisan 1 – 4 berumur Holosen, selanjutnya lapisan 5 -7 berumur akhir Plestosen.
      Industri alat batu (litik) di Gua Braholo menggunakan bahan baku batuan yang bervariasi, namun miskin dalam tipologi. Pada umumnya terbuat dari rijang dan batu gamping, kemudian juga digunakan jasper, kalsedon, dan fosil kayu. Tipologi artefak litik yang ditemukan di Gua Braholo, secara teknis menampakan corak budaya yang lengkap, mulai paleolitik, mesolitik, dan neolitik. Corak paleolitik berupa alat-alat massif dari batu gamping berupa alat batu inti dan kapak perimbas. Corak mesolitik berupa alat serpih-bilah, sedangkan corak neolitik berupa beliung persegi dari batu gamping, cangkang kerang, dan fosil tulang.
       Alat tulang yang ditemukan di Gua Braholo dapat diklasifikasikan menjadi lancipan, spatula, jarum, dan alat tanduk. Berdasarkan aspek bentuk dan teknologinya, lancipan dan spatula dari Gua Braholo memiliki kesamaan dengan yang ditemukan di gua-gua lain di Jawa Timur. Alat tulang yang paling khas dari situs ini adalah jarum dengan runcingan ganda dalam ukuran kecil, dan sejauh ini belum pernah ditemukan di situs lainnya.
       Artefak cangkang kerang yang ditemukan di Gua Braholo terdiri dari serut, penusuk, serut-penusuk, alat pengupam, alat sudip, beliung persegi, dan perhiasan. Alat serut dan lancipan dibuat dari serpihan hasil pemecahan cangkang kerang. Selain sebagai alat, di Gua Braholo cangkang kerang juga dimanfaatkan sebagai perhiasan atau aksesoris.
          Sampai saat ini di Gua Braholo telah ditemukan sisa – sisa manusia yang berasal dari 8 individu. Sebagian menunjukkan penguburan primer dengan bagian tubuh yang relatif lengkap dalam susunan anatomis, dan sebagian lainnya menunjukan sisa penguburan sekunder dengan sisa bagian tubuh yang terbatas. Berdasarkan konteks stratigrafinya, rangka-rangka manusia tersebut berada dalam rentang waktu sekitar 5.000 tahun, berumur antara 9.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.
         Berdasarkan analisis morfologi dapat diketahui sebagian besar manusia Gua Braholo memiliki karakter ras Australo-Melanesoid, sedangkan tiga individu lainnya belum dapat diketahui karena keterbatasan sisa anatomis yang terkonservasi.
          Penemuan rangka-rangka di Gua Braholo ini telah mengisi kekosongan data manusia penghuni kawasan Gunung Sewu pada periode paruh awal Holosen, yang mengembangkan budaya industri serpih-bilah serta alat-alat tulang dan cangkang kerang. Migrasi manusia dengan ciri ras Australo-Melanesoid ke kepulauan Nusantara diduga berasal dari Asia Tenggara Daratan setidaknya sejak 11.000 tahun yang lalu, ketika terjadi kenaikan air laut. (Shinta Dwi Prasasti)
Sumber: kemdikbud.go.id

Kamis, 27 Oktober 2016

Popular Tourism Object Indonesia


Indonesia is a country with so many natural resources. Not a few, which is a favorite location as a tourist attraction because of its natural beauty. Of the many attractions in Indonesia, which is the most many tourists, both domestic and foreign tourists in the last year?

To that end, TripAdvisor announced the tourist places in Indonesia are getting high rankings to become the most frequent sights discussed the tourists from all over the world in the past year.

1. Waterbom Bali, Kuta
As expressed by one TripAdvisor traveler, "If you love the sun and water, Waterbom is one place that should be visited. It provides a lot of things that can be done travelers of all ages.
"

2. Complex. Prambanan Temple, Yogyakarta
"The structure of buildings, sculptures, and architecture are all amazing. Place to visit. The temple is also the only one in the world that has a statue of Lord Brahma with a full body, "said one TripAdvisor traveler.

3. Bali Safari & Marine Park, Gianyar
According to one TripAdvisor traveler, "The park is not only very spacious and well maintained, but the experience of being so close to the animals occupants also really amazing."

4. The temple of Borobudur, Central Java
A TripAdvisor traveler commented. "This place is not only beautiful, but also the surrounding scenery is stunning."

5. Pura Tanah Lot, Canggu
One TripAdvisor traveler commented, "A very impressive while visiting Tanah Lot temple and a beautiful garden. The most memorable of our trip! "

6. Kecak Fire and Trance Dance, Ubud
"Music is shouted by a remarkable man. Thrilling fire dance, with quick movements as well as entertaining. Perfect closure of our visit to Ubud, "said one TripAdvisor traveler.

7. Mount Bromo, East Java
A TripAdvisor traveler said, "The size of a very large crater and the supernatural beauty of nature is truly special."

8. Mount Merapi, Yogyakarta
"The scenery is absolutely stunning from Merapi. Everything is on fire and fog shrouded morning. Then you'll see the top for 10 minutes, it's worth it after a trip through time and wait! "Said one TripAdvisor traveler.

9. Gunung Rinjani, Lombok
According to one TripAdvisor traveler, "I've been climbing almost all the regions of Asia and Rinjani offers unrivaled views. You will see a blue-green lake and then active volcano crater that still smoke! "

10. Saung Angklung Udjo, London
"Appearance of music, dance and comedy with a bit of art as a whole is impressive. They involve the audience and the orchestra was incredible! Recommendations a TripAdvisor travelers.

source: metrotvnews (dot) com