Kompleks Candi Prambanan terletak di perbatasan antara Kabupaten Sleman dengan Klaten, tepatnya di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO World Heritage Commiittee dengan No. C. 642.
Kompleks Candi Prambanan mempunyai latar belakang agama Hindu dan sering juga disebut Candi Loro Jonggrang. Kompleks Candi Prambanan terbagi menjadi 3 halaman konsentris (terpusat), dihubungkan dengan gapura yang terletak pada keempat sisinya.
Halaman luar dikelilingi tembok pagar berukuran 390 x 390 m. Saat ini, pada halaman luar sudah tidak ditemukan adanya bangunan, namun dari ekskavasi yang pernah dilakukan, diketahui adanya beberapa struktur fondasi bangunan yang diperkirakan sebagai tempat tinggal para pendeta. Halaman tengah dikelilingi tembok pagar berukuran 220 x 220 m. Di halaman kedua terdapat 224 buah candi perwara yang disusun menjadi empat deret yang makin ke dalam makin tinggi letaknya. Deret pertama 68 buah, deret kedua 60 buah, deret ketiga 52 buah, dan deret keempat 44 buah.
Di dalam halaman pusat yang dikelilingi pagar berukuran 110 x 110 m terdapat 16 bangunan candi, yaitu :
1. Candi Siwa sebagai Candi Induk
Tubuh candi induk terdiri atas empat bilik, pada masing-masing bilik terdapat arca, yaitu arca Agastya, sebagai Siwa Mahaguru, arca Ganeça sebagai anak Dewa Siwa, arca Durga Mahisasuramardini sebagai çakti Siwa, dan arca Siwa Mahadewa sebagai arca utama. Atap candi bertingkat-tingkat, masing-masing dihiasi dengan beberapa hiasan ratna.
2. Candi Brahma
Bentuk dan denah Candi Brahma mirip dengan Candi Siwa, hanya ukurannya lebih kecil. Candi ini hanya memiliki satu tangga masuk di sebelah timur dan satu bilik yang di dalamnya terdapat arca Brahma
3. Candi Wisnu
Bentuk secara keseluruhan Candi Wisnu pada dasarnya mirip dengan Candi Brahma. Candi ini juga memiliki satu tangga masuk di sebelah timur, dengan satu bilik arca di dalamnya yaitu arca Wisnu.
4. Candi Nandi
Candi menghadap ke barat, mempunyai satu bilik dengan arca Nandi di dalamnya. Selain itu, juga terdapat relief mengenai Dewa Surya dan Candra. Dewa-dewa tersebut mengendarai kereta yang masing-masing dihela 7 ekor kuda untuk Dewa Surya dan 10 ekor kuda untuk Dewa Candra.
5. Candi Garuda dan Angsa
Di depan Candi Wisnu dan Candi Brahma terdapat dua buah candi, tetapi biliknya dalam keadaan kosong. Candi Garuda berada di depan Candi Wisnu dan Candi Angsa berada di depan Candi Brahma.
6. Candi Apit
Pada ujung sebelah utara dan selatan di dekat pintu masuk terdapat dua buah candi yang disebut candi apit. Disebut demikian karena dua buah bangunan ini berfungsi sebagai pengapit dua deretan candi yang terletak di sebelah timur dan barat.
7. Candi Kelir
Jumlah candi kelir ada empat buah, terletak di depan pintu masuk, yaitu sebelah utara, selatan, timur dan barat. Secara simbolis berfungsi sebagai penolak bala.
8. Candi Sudut
Candi sudut berjumlah empat buah, terletak di setiap sudut halaman utama. Seperti halnya candi kelir, candi sudut ini tidak mempunyai tangga masuk. Sesuai ukurannya yang kecil, maka ruangan pada tubuh candi dan pintu masuknya kecil.
Berdasarkan atas adanya arca-arca dewa dan relief yang ada di percandian Prambanan, maka dapat diketahui bahwa percandian Prambanan didirikan bagi umat yang beragama Hindu. Akan tetapi, data-data mengenai siapa sebenarnya raja yang mendirikannya masih belum ditemukan secara konkret.
Salah satu prasasti yang dapat dihubungkan dengan percandian ini yaitu prasasti Siwa Grha yang berangka tahun 778 Saka (856 M). Prasasti ini sekarang disimpan di Jakarta. Dalam prasasti ini disebutkan tentang arca Dwarapala pada pintu masuk dan adanya petirtaan pada gugusan candi. Gugusan candi yang ada dalam prasasti tersebut dapat diidentikkan dengan Candi Prambanan.
Hal itu mengingat halaman pusat percandian ini dikelilingi pagar sesuai dengan uraian candi utama dalam prasasti. Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga bahwa percandian Prambanan didirikan oleh Raja Pikatan (Jatiningrat) yang mengeluarkan prasasti itu. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya tulisan-tulisan pendek yang menyebutkan nama “Pikatan” sehingga diduga percandian itu didirikan sekitar abad IX M.
Motif Prambanan yaitu hiasan berupa seekor singa di dalam relung diapit dua bidang hias berisikan pohon kalpataru dan di bawahnya terdapat sepasang makhluk kinara-kinari.
Kompleks Candi Prambanan memiliki banyak ragam hias. Sebagian ragam hias tersebut merupakan motif batik, antara lain: motif nitik, motif sidomukti, motif pinggiran, dan motif semen. Selain itu, di Candi Prambanan terdapat relief motif Prambanan yaitu hiasan yang hanya ditemukan di Candi Prambanan. Hiasan ini berupa seekor singa di dalam relung diapit dua bidang hias berisikan pohon kalpataru dan di bawahnya terdapat sepasang makhluk kinara-kinari.
Kompleks Candi Prambanan ditemukan pertama kali oleh C.A. Lons, seorang bangsa Belanda pada tahun 1733 M. Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh dan ditumbuhi rumput serta pepohonan.
Sampai saat ini percandian Prambanan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Dimulai dengan pemugaran Candi Siwa yang selesai pada tahun 1953 diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia I yaitu Ir. Soekarno, dilanjutkan dengan Candi Brahma pada bulan April 1977 sampai dengan bulan Februari 1987. Candi Wisnu dipugar pada bulan April 1987 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1991. Setelah candi-candi utama selesai dipugar, kemudian mulai bulan Mei 1991 tiga buah candi wahana, yaitu Candi Nandi, Candi Garuda, dan Candi Angsa mulai dipugar. Candi-candi tersebut diresmikan bersamaan dengan Candi Sewu (Jawa Tengah) pada tahun 1993 oleh Presiden Republik Indonesia II yaitu Soeharto.
Dengan pemugaran yang dikerjakan oleh pemerintah melalui Proyek Pelita ini, dapat memberikan sumbangan besar bagi bangsa Indonesia, baik dalam bidang kebudayaan maupun kepariwisataan. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang menghargai warisan budayanya, maka hendaknya kita ikut berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan pelestariannya.